Saat lulus SMA atau kuliah, kita tentu ingin mulai mandiri secara finansial dengan bekerja. Hanya saja, melamar pekerjaan tidak selalu semudah membalik telapak tangan. Ada yang mulus, bisa langsung mendapatkan pekerjaan pertamanya segera setelah lulus SMA/kuliah, ada yang sudah mengirim ratusan lamaran ke berbagai perusahaan namun belum kunjung dapat panggilan kerja.
Berikut ada beberapa etika dalam melamar pekerjaan yang perlu diperhatikan:
Mencari posisi yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri
Ada beragam lowongan pekerjaan tersedia di media sosial dan situs lowongan pekerjaan seperti Jobstreet, Kalibr, dan Glints. Lowongan-lowongan tersebut tentu memiliki persyaratan kualifikasi yang berbeda. Sebagai contoh, pekerjaan di bidang medis mengharuskan kita memiliki latar belakang pendidikan dan kemampuan yang sesuai dengan persyaratan yang diminta, sementara pekerjaan seperti desainer grafis atau barista lebih mengutamakan pengalaman dan kemampuan dibandingkan latar belakang pendidikan (walaupun sebagian perusahaan mengharuskan pelamar memiliki pendidikan yang sesuai, misalnya jurusan DKV).
Sebelum melamar di sebuah posisi, pastikan kita sudah memenuhi kriteria. Kita tidak bisa sembarang melamar pekerjaan, karena perekrut hanya akan melirik dan menghubungi kandidat yang cocok dengan kriteria.
Membuat CV/Resume yang baik dan benar
Sebuah curriculum vitae atau resume yang baik memiliki informasi kontak, pendidikan terakhir, pengalaman organisasi/magang/kerja/relawan, kemampuan, pelatihan/sertifikasi (jika ada), serta prestasi yang berhubungan dengan posisi yang dilamar.
Apabila pendidikan terakhir adalah SMA/SMK/Diploma/Sarjana, maka yang dicantumkan adalah SMA dan universitas (program studi harus dicantumkan) beserta tahun lulus. Apabila pendidikan terakhir adalah S2 atau S3, maka yang dicantumkan adalah universitas terakhir tempat belajar dan sertakan program studi.
Di bagian pendidikan dan pengalaman, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki harus diurutkan dari yang paling baru terlebih dahulu sampai ke yang paling lama. Selain itu, ada baiknya pengalaman yang dicantumkan juga pengalaman paling baru di posisi yang serupa dengan posisi yang hendak dilamar.
Di bagian kemampuan, pelamar harus mencantumkan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan posis yang dilamar. Sebagai contoh, apabila anda melamar sebagai seorang desainer grafis, maka anda harus mampu mengoperasikan perangkat desain seperti Adobe Illustrator atau CorelDraw, memahami tren desain, dan mengerti keinginan klien/pasar.
Pro tip: Ketika membuat CV/Resume, pelamar tidak memiliki keharusan untuk membuat desain yang berwarna-warni dan menggunakan font bermacam-macam, kecuali pelamar mendaftar di posisi kreatif (video editor/videografer, desainer grafis, model, dan lainnya).
Menulis surel dan/pesan dengan bahasa yang formal
Saat kita hendak mengirimkan surel berisi lamaran kerja di posisi yang diinginkan, gunakan bahasa Indonesia (atau bahasa Inggris) yang formal. Bahasa tidak formal membuat pelamar terkesan tidak serius melamar. Apabila tidak tahu format isi surel lamaran yang baik, mencari referensi di internet sangat membantu.
Mencantumkan berkas sesuai permintaan
Cari tahu profil perusahaan
Mengetahui profil perusahaan yang kita lamar sangat penting. Setidaknya, kita perlu tahu perusahaan tersebut bergerak di bidang apa, apakah mereka punya klien besar, lokasi perusahaan, apakah perusahaan tersebut berskala kecil atau besar, dan sebagainya. Mencari informasi perusahaan membuat kita lebih mengenal perusahaan dan jadi lebih siap ketika ditanya oleh perekrut.
Latihan wawancara
Latihan wawancara juga tidak kalah penting, terutama kalau baru menjadi fresh graduate dan belum pernah mengikuti proses lamaran kerja. Latihan menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan oleh HR bisa memudahkan kita dalam memetakan dan memberikan jawaban yang relevan. Selain itu, latihan juga bisa mengurangi kemungkinan pikiran nge-blank serta timbulnya rasa gugup saat proses wawancara berlangsung.
Siapkan pertanyaan seputar perusahaan tempat melamar kerja
Sebagai lulusan baru, mungkin kita bingung ketika ditanya oleh HR dengan pertanyaan: “ada yang ingin ditanyakan?”
Pasalnya, sebagai lulusan baru sering kali kita tidak punya gambaran seperti apa dunia kerja: budayanya, rekan kerjanya siapa, hingga alasan yang membuat perusahaan membuka lowongan. Karena itu, ditambah lagi dengan diri yang gugup dan bingung, kita malah berakhir dengan tidak bertanya apa-apa.
Walaupun kita tidak bermaksud terlihat kurang antusias untuk kepoin perusahaan tujuan, sayangnya pilihan untuk tidak bertanya saat ada kesempatan bisa jadi dipandang negatif. Kita mungkin terlihat seperti kandidat yang hanya merasa cukup dari informasi dasar yang sudah dicari dan kurang kepo sama hal-hal yang tidak tampak (pengalaman kerja, pace-nya seperti apa, dll).
Ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan oleh kandidat yang masih minim pengalaman, seperti tantangan yang mungkin dihadapi apabila kita–sebagai kandidat–diterima di posisi ini, lingkungan kerja, dan apakah ada tahap selanjutnya setelah wawancara. Kita juga bisa bertanya tentang alur kerja dan dengan siapa kita akan sering berkomunikasi.
Pro tip: sangat disarankan untuk mencatat pertanyaan yang akan disampaikan ke HR saat sesi wawancara. Catatan berisi pertanyaan untuk HR akan sangat membantu ketika kita tiba-tiba blank.