ditulis oleh Herdini Primasari
sudah ditayangkan di herdiniprimasari.medium.com
Beberapa waktu lalu kita sering mendapat berita duka terutama yang berkaitan dengan COVID-19. Tentunya berita duka tersebut memberikan dampak yang mendalam pada kita. Dalam kacamata psikologi, ada 5 tahap grief & bereavement yang bisa dialami oleh individu ketika menghadapi peristiwa yang dapat memicu kedukaan. Kali ini, saya coba untuk berbagi sedikit mengenai 5 tahapan berduka yang diperkenalkan oleh Kübler-Ross pada tahun 1969 (Santrock, 2019). Perlu diingat bahwa tidak semua orang memiliki tahapan yang sama dan tidak seluruh tahapan ini akan dialami, sehingga pengalaman antar individu bisa saja berbeda.
5 Stages of Grief
Denial
Tahap pertama saat seseorang mendengar kabar duka, individu tersebut cenderung “menolak” atau tidak percaya bahwa kematian akan menjemput orang terdekat yang disayangi. Respon yang muncul bisa saja seperti “Ah gak mungkin, yang bener aja!”, atau ungkapan lain yang serupa.
Anger
Merupakan tahapan kedua dalam situasi kedukaan, di mana fase denial sebelumnya membawa rasa atau emosi marah, benci, iri, dst. Tidak semua orang akan mengalami hal ini, namun pada individu yang masuk dalam fase ini mungkin akan memiliki ungkapan seperti “Kenapa harus aku?” atau ungkapan sejenis.
Bargaining
Saat sedang berduka, kita mungkin akan merasa tidak berdaya dan rentan (vulnerable & helpless). Di posisi ini, nggak jarang juga individu mencari cara untuk bisa mendapat atau mengambil alih atas keadaan agar bisa meredakan apa yang dirasa. Terkadang bisa juga dalam bentuk “tawar-menawar” atau meminta pada Maha Kuasa untuk bisa memberikan kesehatan atau hal yang dapat meredakan kedukaannya dan in return, memiliki satu janji yang ingin ditepati setelah mendapatkan hal tersebut.
Depression
Merupakan tahapan keempat dalam stages of grief. Pada tahap ini, individu bisa saja mengalami situasi di mana ia lebih diam dari biasanya, merasakan kesedihan yang mendalam, serta menyendiri atau mengisolasi diri dari orang lain untuk mengatasi rasa kehilangan tersebut.
Acceptance
Pada tahap terakhir ini, seseorang sudah lebih dapat menerima situasi yang ada. Walau begitu, terkadang masih ada rasa sedih dan kehilangan yang menyertai; namun pada tahapan terakhir ini individu sudah dapat move on dan memahami situasi
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap individu mungkin akan membutuhkan waktu yang berbeda untuk dapat coping dengan kedukaan yang dialami. Apabila hal tersebut dirasakan dalam jangka waktu yang cukup panjang dan dapat mengganggu keberfungsian kita dalam kegiatan sehari-hari, bisa komunikasikan pada terapis atau tenaga ahli agar kita dapat memiliki kemampuan untuk bounce back dan bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala.
Referensi
Holland, K. (2018).What You Should Know About the Stages of Grief. Diakses dari https://www.healthline.com/health/stages-of-grief#denial pada 15 September 2021 pukul 19.46
Santrock, J. W. (2019). Life-span development: 7th edition. New York, NY : McGraw-Hill Education