Ditulis oleh Herdini Primasari
Sudah tayang di herdiniprimasari.medium.com
Kalau membahas film yang berhubungan dengan psikologi, saya rasa film A Beautiful Mind pasti menjadi salah satu film yang “wajib ditonton”. Film ini mengisahkan tentang seorang Matematikawan yang mengalami Skizofrenia, dan dari sana kita bisa memahami sedikit demi sedikit gambaran mengenai apa sih skizofrenia itu.
Seperti biasa, saya kembali mengingatkan kepada kamu yang belum berkesempatan untuk menonton film ini: jika kamu bukan orang yang suka dengan adanya spoiler atau bocoran akan film yang ingin ditonton, kamu bisa berhenti sampai di sini. Tetapi kalau kamu tidak masalah dengan spoiler atau sudah pernah menonton, silahkan melanjutkan.
Film ini mengisahkan John Nash yang berkuliah di Princeton University di jurusan matematika. Ia juga memiliki beberapa teman dekat seperti Sol, Ainsley, Bender, dan Charles Herman. Beberapa tahun kemudian, di samping pekerjaannya sebagai pengajar, Nash ‘direkrut’ oleh William Archer dari Departemen Pertahanan US untuk dapat mengungkap pola tersembunyi dari majalah-majalah sehingga dapat menggagalkan rencana Soviet. Hal ini membuatnya terobsesi akan hal tersebut dan percaya bahwa dirinya diikuti atau dimata-matai.
Di samping itu, salah satu mahasiswinya mengajaknya makan malam bersama, dan seiring berjalannya waktu, keduanya saling menyukai satu sama lain. Nash pun meminta pendapat sepupunya yang bernama Charles dan Marcee, yang akhirnya Nash merasa yakin untuk melamar Alicia, mahasiswi yang disukainya tersebut. Kemudian, ada satu momen di mana Nash harus memberikan kuliah sebagai dosen tamu di Harvard, namun ia melarikan diri karena ia merasa ada banyak mata-mata Soviet di sana. Karena kejadian tersebut, akhirnya Nash harus dirawat di rumah sakit, dan Nash mendapat diagnosa Skizofrenia; Charles, Marcee dan Parcher bukanlah sosok yang nyata.
Berdasarkan dari gambaran tersebut, mungkin bagi kamu yang belum mengetahui tentang skizofrenia, mungkin akan bingung dengan gangguan yang dialami. Kita kenalan sedikit, yuk, dengan gangguannya. Skizofrenia sendiri merupakan gangguan yang ditandai dengan adanya distorsi dalam pikiran, persepsi, emosi, bahasa, sense of self dan perilaku (WHO, 2019). Umum juga ditemui gejala halusinasi (mendengar suara/melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada) dan waham/delusi (‘keyakinan’ yang salah). Menurut ICD — 11, gejala skizofrenia antara lain delusi, halusinasi, afek datar, gangguan psikomotor seperti katatonia (diam atau membentuk posisi tertentu dalam waktu yang lama), dan seterusnya. Terkadang, pada beberapa individu yang mengalami skizofrenia juga mengalami paranoia, misalnya merasa ketakutan karena dimata-matai oleh intel negara, takut karena orang lain dapat mengetahui isi pikirannya, dan seterusnya.
Salah satu bagian yang menarik menurut saya yaitu ketika akhirnya Nash merasa bahwa dirinya dimata-matai oleh pihak Soviet, kemudian yakin bahwa ada ‘teman-teman’nya yang membantunya menjagai anaknya, atau ketika ia berbincang dengan ‘teman-teman’nya yang kenyataannya tidak ada, membuat saya terpikir, bahwa ini bisa menjadi salah satu kategori ia mengalami skizofenia karena terdapat gejala halusinasi dan delusi. Namun, disamping kondisi psikologisnya, saya salut dengan Nash yang dapat ‘menelurkan’ teori baru dalam matematika di masanya. Bagi saya, kemampuannya tersebut menunjukkan bahwa ia memiliki kelebihan berupa kecerdasan matematis dan hal tersebut yang dapat menjadi poin plus bagi Nash, sehingga menjadikannya sosok yang unik.
Bagi kamu yang sudah menonton, yuk bagikan pendapatmu dan bagian mana saja yang kamu sukai dari film ini! Oh ya, kamu juga bisa mengecek beberapa referensi yang saya cantumkan di bawah ini sebagai bahan bacaan untuk dapat mengenal lebih jauh tentang skizofrenia
Referensi
ICD-11 — ICD-11 for Mortality and Morbidity Statistics (who.int)