Series Lucifer: Mengenal Defense Mechanism

Ditulis oleh Herdini Primasari
Sudah tayang di herdiniprimasari.medium.com

Beberapa waktu lalu, iklan Lucifer ini cukup sering berseliweran di akun sosial media saya, seperti Youtube dan Instagram. Awalnya saya tidak begitu tertarik dengan series ini, karena saya tidak punya akun netflix dan saya kesulitan untuk membayar langanannya disebabkan saya tidak memiliki kartu debit/kredit visa/mastercard yang memudahkan saya untuk bertransaksi dengan merchant dari luar negeri. Akhirnya saya tidak ambil pusing. Namun, setelah saya mendapat kesempatan “nebeng” dengan teman saya yang dapat berlangganan netflix secara resmi, saya ikutan dan ingin tahu bagaimana sih, series yang belakangan cukup populer ini?

Okey, sebelumnya saya ingin memberikan peringatan terlebih dahulu bahwa dalam konten yang saya tulis ini mungkin ada bagian yang mengandung spoiler, sehingga bagi Anda yang tidak ingin mendapat spoiler atau bocoran tentang series yang akan anda tonton ini, boleh untuk tidak melanjutkan. Dan saya juga ingin memberitahukan bahwa dalam series ini memang ada beberapa konten yang cukup eksplisit, sehingga mohon untuk dapat menontonnya dengan bijak.

Secara umum, series Lucifer ini menceritakan si ‘Fallen Angel’ atau Malaikat ‘terbuang’ yang memilih untuk resign dari Neraka sebagai Penjaga neraka karena ia merasa bahwa Ayahnya (Tuhan) bersikap tidak adil padanya. Tentu referensinya mungkin akan lebih banyak dari bibel — mohon saya dikoreksi karena adanya perbedaan cerita dengan keyakinan yang saya anut — di mana referensi tentang malaikat dan Demi-God saya rasa banyak kemiripan dari sana dan beberapa sumber cerita mitologi lainnya. Setelah resign dan memilih untuk hidup di bumi, Lucifer memilih hidup di LA dan pada suatu kesempatan, ia bertemu dengan salah satu anggota kepolisian LA yang bernama Chloe. Hal ini disebabkan karena adanya kasus yang terjadi di kelab malam milik Lucifer dan mengharuskan LAPD terlibat di dalamnya. Semakin berjalannya waktu, keduanya saling melengkapi dalam menyelesaikan kasus-kasus misteri. Satu hal lain yang membuat Lucifer merasa penasaran dengan Chloe yaitu Lucifer tidak dapat mengeluarkan kemampuannya sebagai seorang ‘Malaikat terbuang’(mengeluarkan sayap, immortal, dapat mengubah wajahnya menjadi iblis/Devil, dst).

Selama perjalanannya menyelesaikan kasus di Bumi dan mencari tahu tentang penyebab dari Lucifer tidak bisa mengeluarkan kemampuannya tersebut, ia juga konsultasi dengan seorang psikolog/psikiater bernama dr. Linda, di mana ia menampilkan dirinya yang denial dan displacement dari permasalahan yang dihadapi. Tanda-tandanya cukup terlihat jelas, seperti ia tidak henti-hentinya mengonsumsi alkohol (walaupun alkohol tidak akan memberikannya pengaruh apapun karena ia bukan manusia), menolak mengakui apa yang dia alami dan menyalahkan pihak eksternal di luar dirinya, selalu mengaitkan apa yang dialami oleh orang lain dengan apa yang dialami olehnya, dan seterunya. Ini menjadi hal yang menarik untuk saya dari series ini, terlepas dari ceritanya yang mungkin menjadi kontroversi atau justru nampak eksplisit. Apa yang dilakukan oleh Lucifer dalam series ini, saya rasa menjadi begitu dekat dengan kita dalam kehidupan sehari-hari.

Secara sadar atau tidak, suka atau tidak, ketika kita dihadapkan masalah, kita memiliki cara-cara yang digunakan untuk mempertahankan diri kita dari konflik yang terjadi. Dalam teorinya Freud, hal ini dikenal sebagai Defense Mechanism, yaitu sebuah cara yang digunakan seseorang secara tidak sadar untuk dapat melindunginya dari perasaan cemas. Ada banyak sekali jenis mekanisme pertahanan yang ada, misalnya:

  1. Proyeksi: mengatribusikan perasaan atau dorongan yang tidak diterima dalam dirinya pada orang lain.
  2. DenialMenolak untuk mengakui pengalaman atau fakta yang terjadi dalam kehidupannya karena akan memunculkan rasa cemas dalam dirinya
  3. Represi: Menahan atau memblok perasaan atau pikiran yang sulit agar tidak memasuki pikiran sadar
  4. Regresi: yaitu sebuah kondisi di mana seseorang berperilaku tetapi ‘mundur’ ke tahap perkembangan sebelumnya.
  5. Rasionalisasi: Membenarkan kesalahan atau perasaan bermasalah dengan alasan atau penjelasan yang tampaknya logis.
  6. Displacement: Mengarahkan reaksi emosional dari penerima yang sah ke orang lain sama sekali.
  7. Sublimasi: menyalurkan dorongan yang ada dalam diri ke bentuk yang diterima oleh lingkungan sosial, misalnya dengan menulis atau melukis
  8. Intelektualisasi: Individu berfokus pada membahas sesuatu yang berhubungan dengan kognitif (misal: membahas tentang perencanaan finansial) daripada membahas konsekuensi emosi yang muncul pada satu situasi tertentu (misal: membahas bagaimana perasaan orang lain yang baru saja pindahan).
  9. Compartmentalization: Mengkategorisasikan ‘komponen’ dalam hidup individu ke beberapa bagian untuk mengindari emosi yang bisa berkonflik

Saya juga menaruh beberapa referensi lain yang mungkin bisa menjadi bahan bacaan Anda untuk dapat memahami lebih lanjut tentang defense mechanism ini.

Kalau dalam series tersebut, kira-kira menurut Anda, tokoh mana yang anda rasa cukup mirip dengan Anda?

Referensi

Defense Mechanisms | Psychology Today

20 Common Defense Mechanisms People Use for Anxiety (verywellmind.com)

Top 10 Defense Mechanisms and Why We Use Them (healthline.com)

Defense Mechanisms — StatPearls — NCBI Bookshelf (nih.gov)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: